Wednesday, June 4, 2008

Budaya “Membaca” dan Membaca

Sore yang indah, sambil duduk di gubuk pinggir sawah, kang Awas tampak merenung, memikirkan nasib bangsanya, “Kenapa ya bangsa ini nggak maju-maju?”, ucapnya dalam hati. Tak lama kemudian, datang Bang Sholeh sambil membawa koran sore yang baru didapatnya, tak lupa juga dibawa sebuah buku tentang pengembangan diri yang selalu menemaninya ke manapun Bang Sholeh pergi.
“Lagi ngelamun kang?”, sapa Bang Sholeh ramah.
“Iya nih, lagi mikirin nasib bangsa kita, kok kayaknya ada masalah terus, manusianya juga semakin banyak yang rusak”, jawab Kang Awas enteng.
“Apanya yang rusak Kang?” lanjut Bang Soleh memperjelas.
”Lah, ya rusak moralnya to ya, udah jarang orang sekarang yang berpikir panjang, maunya makmur, tapi caranya ngawur!” jelas Kang Awas sambil membenarkan posisi duduknya.
”Emang susah kang nyari orang yang bener zaman sekarang, keliatannya alim, eh kena kasus suap juga, belum lagi kita lihat tuh, anak muda zaman sekarang, maunya seneng-seneng terus, ga mau prihatin”, timpal Bang Sholeh.
”Iya juga ya, padahal mereka tu bakal jadi tulang punggung bangsa jé, we lha malah ga tertib, padahal sekarang mereka bisa dapat pendidikan lebih maju ya, kegiatan yang bisa mereka ikuti juga lebih banyak, harusnya mereka jauh lebih bisa dong jadi orang berhasil”, jelas Kang Awas panjang lebar.
”Berhasil, sih berhasil kang, tapi berhasil buat mereka sendiri, jarang yang mau membaca” sambut Bang Sholeh sambil tersenyum.
”Membaca ? bukannya buku sekarang juga semakin banyak yang bisa dibaca?” tanya Kang Awas.
”Yang aku maksud bukan cuma membaca buku kang, maksudku ”membaca” situasi yang ada di sekeliling kita, jadi mereka tu tanggap dengan keadaan sekitar dan mau ikut serta memberikan solusi atas permasalahan yang muncul” terang Bang Sholeh dengan jelas.
”Jadi maksudmu ga menikmati fasilitas aja, ga cuma menuntut hak aja, tapi juga ngasih kontribusi gitu”, Kang Awas mencoba memperjelas.
”Nah, itu yang aku maksud kang, generasi muda sekarang tu harus lebih care sama keadaan sekitarnya, ga cuma mementingkan dirinya, tapi juga mau berbagi dengan sesama, mau ikut mikir dengan keadaan yang ada di sekitarnya” ujar Bang Sholeh mantap.
”Wah bener juga ya, tapi kalo gitu kan bukan cuma tanggung jawab generasi muda”, terang Kang Awas.
”Ya iya lah.., masak ya iya dong, he2, jelas itu. Jadi yang namannya kepedulian itu harus dimiliki semua orang. Yang hidup di masyarakat peduli sama tetangga-tetangganya, yang hidup di organisasi peduli sama organisasinya, ketika semua berjalan dengan baik, otomatis negaranya juga ikut jadi maju” jawab Bang Sholeh sambil membuka-buka buku yang di bawanya.
”Eh, ngomong-ngomong, Bang Sholeh bawa buku apaan tuh? Sepertinya bagus” tanya Kang Awas.
”Oh, ini bukunya anakku Kang, dia baru pinjem di perpustakaan Kopma UGM, buku pengembangan diri, bagus juga kok isinya” jelas Bang Sholeh.
”Buku bagus kok, masih kelihatan baru, emang ga ada yang minjem ya di sana?” tanya Kang Awas sambil membolak-balik buku itu.
”Kata anakku sih, buku itu udah lama, tapi jarang yang minjem, paling-paling yang minjem juga Cuma beberapa anggotanya aja yang butuh mengembangkan diri, yang punya hasrat selalu ”ingin tahu” bukan ”sok tahu” dengan apapun jabatan yang mereka miliki, ya karena itulah jadi buku ini keliatan seperti masih baru” jawab Bang Sholeh.
”Lho, katanya Koperasinya mahasiswa, kok jarang yang pinjem buku sih, bukannya kalo koperasi mahasiswa, pengurusnya juga mahasiswa, harusnya mereka juga rajin baca buku dong?”Kang Awas mencoba memperjelas.
”Ya, ga tahu juga Kang, mungkin mereka terlalu sibuk dengan tugas rutin sehari-hari yang membuat mereka ”sibuk”, jadi mana sempat baca-baca buku, gitu kali..” terang Bang Sholeh
”Wah berarti ga cuma budaya ”membaca” yang turun, budaya membaca buku juga mengalami penurunan dong, padahal untuk bisa ”membaca” mereka butuh banyak ilmu kan?” tanya Kang Awas
”Iya, bener banget tuh Kang Awas, ga bisa dengan hanya satu atau dua ilmu saja, tapi butuh banyak ilmu, dan itu bisa didapatkan dari buku” jelas Bang Sholeh.
”Jadi dengan membaca buku, mereka akan dapat banyak ilmu, banyak masukan, dengan dasar itu, baru mereka bisa ”membaca” keadaan, dengan bisa ”membaca” keadaan baru bisa melakukan perubahan” timpal Kang Awas dengan bijak.
”Betul itu Kang, apalagi kalau dikaitkan dengan perubahan, tanpa input yang banyak, bagaimana mereka bisa mengembangkan ide-ide baru? Susah kan? ” jawab Bang Sholeh.
”Yang repot juga adalah orang yang merasa paling tahu, paling pinter sehingga tidak perlu lagi membaca tidak perlu lagi belajar, sayalah yang paling tahu, pokonya semua saya tahu dan bisa. Yang lucu lagi baru tahu kosakata tertentu juga sudah latah, wah benar-benar repot” lanjut bang Sholeh
”Padahal setiap omongan itu dipertanggungjawabkan lho, lha kalo semua orang cuma asal ngomong aja, ga ada dasarnya, gimana negara bisa maju, iya kan?” sahut Kang Awas
”Bet..bett..BETUL kang, Anda cerdas, dan untuk sebuah perubahan, selalu mulailah dari diri sendiri untuk terus belajar, tidak cepat berpuas diri, dengan sebuah niat yang tulus, untuk sebuah kemanfaatan pada sesama, sebagai wujud rasa syukur atas semua karunia-Nya, gitu Kang Awas” terang Bang Sholeh
”Wah, Bang Sholeh ini bijak sekali, dapat dari mana bang ilmunya?” tanya Kang Awas
”Ya dari baca-baca yang seperti ini lah” jawab Bang Sholeh sambil menunjukkan buku yang dibawanya
”Wah sepertinya sudah mau maghrib ni Kang, aku mau pamit dulu ya, yah kita sama-sama berdoa aja alah untuk kemajuan bangsa ini” kata Bang Sholeh sambil beranjak pergi
”Oh iya Bang Sholeh, terima kasih banyak lho sudah berbagi banyak, ni saya juga mau pulang kok, mari sama-sama” jawab Kang Awas menutup pembicaraan sore itu.

Pikiran itu layaknya parasut, akan berfungsi jika terbuka. Parasut akan terbuka jika pemantiknya baik, dan pemantik pikiran adalah ilmu yang luas, dan ilmu yang luas, salah satunya bisa didapatkan dengan membaca buku. Dengan itu semoga kita akan selalu bisa menjadi seseorang yang bisa ”membaca” keadaan sekitar untuk peduli dan berpartisipasi mengagendakan dan mewujudkan sebuah perubahan yang lebih baik, untuk diri kita, untuk organisasi kita (KOPMA UGM tercinta J), untuk bangsa yang mandiri dan sejahtera.

Dan...sudahkah anda membaca buku hari ini?...sudahkah anda ”membaca”
keadaan Kopma UGM saat ini dan kemudian memiliki keinginan untuk
memberikan sesuatu yang berharga dan menjadikan
organisasi ini lebih maju?? Tanyakan pada hati nurani anda...